Minggu, 28 Oktober 2018

TEKNOLOGI PADA MEDIA PEMBELAJARAN

HENRY PRAHERDHIONOhenry.praherdhiono.fip@um.ac.idTeknologi Pendidikan Universitas Negeri Malang
ABSTRAK Media pembelajaran membantu pebelajar dalam mengkonstruksi keilmuan di berbagai lembaga penyelenggara Pendidikan dunia. Perkembangan teknologi membantu media pembelajaran semakin mudah digunakan. Berbagai teknologi media pembelajaran juga telah menjadi trend dan bahkan membantu sumber-sumber belajar melawati batas-batas wilayah, negara hingga benua.
Kata Kunci: Media Pembejaran, Teknologi
PENDAHULUANPengembangan Media Pembelajaran selalu bersinggungan dengan budaya prilaku belajar global. Budaya global yang selalu dipengaruhi oleh budaya kuat dari negara-negara maju seperti negara di benua Amerika seperti Amerika Serikat dan Kanada, negara di benua Eropa seperti Inggris dan Jerman, negara di benua Asia seperti Jepang dan China . Gesekan budaya tersebut dialami oleh pengguna Media Pembelajaran yang ditandai dengan penggunakan sumber belajar global. Sumber Pustaka, koneksi denga Dosen, akses url addres, broadcast sebagian besar merupakan produk budaya global. Prilaku belajar global adalah prilaku belajar yang tidak lagi dibatasi oleh ruang-ruang kelas. Lebih luas budaya global memiliki dimensi kebebasan belajar dengan menggunakan media pembelajaran secara optimal seperti contoh korespondensi, belajar dengan menggunakan perangkat broadcasting seperti radio dan televisi, belajar dengan menggunakan fasilitas networking berupa LAN, WAN, intranet, internet dan lain-lain. Lembaga penyelenggaran pendidikan dan pembelajaran merupakan entitas mendapat pengaruh budaya global. Hal ini ditandai oleh penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan pembelajaran maupun dalam mencari sumber belajar. Teknologi informasi dan komunikasi selalu menjadi topik pembahasan dan sekaligus digunakan sebagai perangkat dalam dalam mencari, mengolah, mengelola, menampilkan dan menyampaikan sumber belajar. Hal inilah yang menjadi alasan bahwa Lembaga penyelenggaran pendidikan dan pembelajaran akan mengikuti budaya global dengan mengimplementasikan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang pendidikan dan pembelajaran.
Lembaga penyelenggaran pendidikan dan pembelajaran secara terus menerus berupaya mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai wujud layanan. Upaya tersebut ditunjukkan melalui penyediaan berbagai fasilitas teknologi Informasi dan komunikasi berupa penyedian instalasi LAN, pemasangan Web-site, Penyediaan perangkat keras, memberikan kepada pengguna hak akses sumber belajar melalui jalur-jalur tertentu, dan untuk menunjang kegiatan pembelajaran terutama kebutuhan terhadap sumber belajar, di lingkungan Lembaga penyelenggaran pendidikan dan pembelajaran, baik dalam perencanaan maupuun pengembangan, pasti mengupayakan untuk memberikan fasilitas jaringan, perangkat akses dan Internet yang dapat menjangkau di seluruh lingkungan Lembaga penyelenggaran pendidikan dan pembelajaran sebagai layanan informasi dan komunikasi sebagai Media Pembelajaran  yang dapat dimanfaatkan bagi dosen maupun oleh pebelajar. Jalur-jalur yang digunakan untuk melayani adalah jalur lokal, internet
Lembaga penyelenggaran pendidikan dan pembelajaran harus memiliki komitmen pengembangan teknologi informasi dan komunikasi diarahkan dengan pemberdayaan seluruh fasilitas yang tersedia di lingkungan Lembaga penyelenggaran pendidikan dan pembelajaran. Dampak komitmen tersebut nantinya akan mendukung Lembaga penyelenggaran pendidikan dan pembelajaran dalam menunaikan program-programnya, termasuk pemberian layanan pembelajaran melalui media pembelajaran dengan mudah dan baik. Lembaga penyelenggaran pendidikan dan pembelajaran harus memiliki keinginan pada proses pembelajaran melalui media pembelajaran terkini. Sebagai contoh media pembelajaran berbasis web digunakan sebagai media pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran, maka dampaknya Lembaga penyelenggaran pendidikan dan pembelajaran akan mudah mengendalikan aktivitas akademiknya, terkait dengan perkuliahan dan penyajian mata kuliah.
MEDIA PEMBELAJARANMedia dan teknologi telah diasumsikan berbagai kalangan sebagai perangkat yang membutuhkan teknologi tinggi. Orang-orang yang bekerja dengan teknologi pendidikan memiliki kegemaran membuat inovasi, dan selalu melaksanakan inovasinya ke dalam media pembelajaran di lingkungan pembelajarannya. Ketika lembaga penyelenggara pendidikan dan pembelajaran telah pada fese lembaga yang mengimplementasikan  media, hal yang baik adalah lembaga penyelenggara pendidikan dan pembelajaran tidak ada lagi kebutuhan untuk memotivasi orang untuk menggunakannya. Tantangan lembaga penyelenggara pendidikan dan pembelajaran ke depan justru bagaimana untuk memotivasi orang untuk menggunakan media secara efektif dan efisien. Media tidak hanya akan mengubah cara pebelajar mau belajar, tetapi juga akan mengubah cara pendidik dan pengajar berpikir tentang mengajar dan belajar.
Teknologi baru kan membuat budaya baru. Media dan teknologi penuh dengan potensi kreatif dan pada saat yang sama dengan juga memiliki potensi penyalahgunaan dan bahkan “pelecehan”. Kehadiran terlihat dari teknologi dalam sebuah lembaga penyelenggara pendidikan dan pembelajaran tidak selalu menguntungkan mayoritas pebelajar dan meningkatkan pembelajaran. Hanya dengan paparan media dan teknologi saja untuk peserta pebelajar tidak cukup. Tidak ada jaminan bahwa belajar akan berlangsung dengan baik hanya dengan media pembelajaran.
Media seharusnya tidak untuk digunakan hanya tambahan dalam proses belajar dan pembelajaran. Pengguna media pembelajaran harus mampu mengeksplorasi kekuatan dan potensi media pembelajaran sehingga proses belajar dan pembelajaran menjadi yang sangat berharga. Penggunaan media harus menjadi faktor utama dalam kualitas pembelajaran. Penggunaaan media dan teknologi pembelajaran secara efektif dan efisien merupakan tantangan dan peluang bagi pendidik dan pengajar. Jika efektifitas dan efisiensi tidak dihiraukan, maka hukum dasar yang berlaku untuk penerapan media dan teknologi untuk belajar dan pembelajaran yaitu media dan teknologi pembelajaran tidak mengurangi biaya atau meningkatkan hasil bagi siapapun.
 PERGESERAN PARADIGMA MEDIA PEMBELAJARANSeorang pengajar dan pendidik tidak lagi sebagai “benteng pengetahuan”. Peran pengajar dan pendidik telah berubah. Titik awalnya adalah pengajar dan pendidik sebagai dari salah satu “dispenser” informasi dengan sebuah fasilitator pembelajaran dan kemudian mengasumsikan peran seorang manajer di kelas. Hingga perkembangan sekarang, pengajar dan pendidik mengalami pergeseran yang jelas dalam peran saat mendidik dan mengajar dari model komunikasi satu arah menjadi komunikasi dalam multi-dimensi.
Paradigma pendidikan dan pengajar tradisional menyajikan situasi di mana pendidik dan pengajar memberikan instruksi berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka sendiri. Pendidik, dalam paradigma ini, adalah sumber utama informasi, dan mengendalikan urutan presentasi. Pengetahuan dan informasi yang dikirim dan ditransfer secara linear dari pengirim ke pelajar.
Paradigma berbasis teknologi menyediakan akses ke teknologi penyimpanan modern pada workstation pebelajar. Pebelajar sekarang dapat mengakses dan memanipulasi informasi pada tingkat yang lebih cepat, menghilangkan pembatasan yang dikenakan pada mereka dengan paradigma lama. Model komunikasi multi-dimensi ini memungkinkan pebelajar untuk berinteraksi dengan materi pelajaran, dengan pebelajar lain, dengan lingkungan atau dengan multimedia dan teknologi. Teknologi memfasilitasi penyampaian informasi dengan memberikan pebelajar berbagai pilihan berdasarkan penilaian berkelanjutan masing-masing pebelajar, juga memberikan motivasi dan kemampuan kognitif. Dengan memberikan akses langsung ke pengetahuan dasar, paradigma baru menantang pebelajar untuk mengelola dan memanipulasi sejumlah besar informasi sementara mendorong mereka untuk merefleksikan pembelajaran mereka sendiri. Hal ini memungkinkan pebelajar untuk mengubah peran yang selama ini hanya sebagai penerima pasif informasi menjadi peran pencari pengetahuan yang aktif.
Pebelajar menerima informasi dan instruksi dalam banyak mode dan dari berbagai sumber. Karena tradisi bahan cetak dalam pendidikan, kita sudah terbiasa untuk membaca secara berurutan dan linear. Informasi ditemui dalam urutan kunci-langkah yang telah ditentukan. Pikiran kita dibatasi oleh keterbatasan media cetak. Kondisi terkini, pembatasan akses ke teknologi bisa menjadi salah satu hal yang mematikan motivasi belajar. Volume konten pembelajaran yang telah dianggap sebagai informasi tidak akan efektif diakses dengan cara konvensional. Jika konten pembelajaran dicetak untuk digugunakan pebelajar, maka hal ini sama dengan terlalu membatasi, membuat informasi yang berisi konten pembelajaran menjadi berat dan lambat. Media dibangun di sekitar anggapan bahwa apa pun kata-kata di media cetak dapat lakukan, kata-kata dengan suara dan gambar dapat berbuat lebih baik.
Selain itu, untuk media cetak yang lebih umum (buku), media audio (kaset audio), media yang ditampilkan (grafik) atau media diproyeksikan (slide); ada yang konvensional media elektronik komunikasi (televisi, radio) dan media komputer (internet, email, CD-ROM). Sebagian besar informasi yang disimpan dalam format elektronik. Penggunaan media menimbulkan masalah dan tantangan yaitu keterampilan pengguna media pembelajaran harus pada tahap mampu memperoleh dan menguasai. Seperti halnya pengetahuan teknis, pengetahuan peralatan, literasi komputer dan untuk mengembangkan disposisi pribadi terhadap berbagai media yang tersedia .
PENGATURAN PARAMETER MEDIA PEMBELAJARANPemilihan mediaPilihan metode pengajaran dan media tergantung pada situasi belajar, pelajar, subjek, pendidik dan lembaga. Media dan metode harus mendapatkan perhatian untuk karakteristik intrinsik mereka. Ajaran konten harus dilakukan melalui media yang paling tepat – baik itu audio, audiovisual, tatap muka, media elektronik, paket belajar mandiri dll dan pilihan media harus menjadi bagian dari tahap perencanaan pengembangan kurikulum.
Pemilihan media merupakan tahap kunci dalam proses pembelajaran yang digunakan oleh pendidik dan pengajar. Dalam era di mana inovasi dalam media elektronik, kini media pembelajaran hadir menjadi sebab kebingungan pilihan bagi praktisi pendidikan, pemilihan media dan faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan perlu dipahami sepenuhnya jika pilihan yang tepat harus dibuat.
Teknologi pendidikan telah melihat pergeseran secara bertahap tapi signifikan dari paradigma perilaku paradigma kognitif, menjadi perspektif konstruktivis pada desain pembelajaran. Paradigma ini memiliki pandangan eksplisit dan implisit pengetahuan, pelajar dan media. Hal ini jelas ditunjukkan dalam pembangunan model yang berbeda dari desain pembelajaran dan lebih khusus pada pemilihan media. Media pembelajaan perlu diseleksi dan dilakukan pendekatan berbagi pandangan umum dari pemilihan media sebagai tahap penting dalam desain suatu peristiwa pembelajaran. Romiszowski menggambarkan secara komprehensif bagaimana pengguna dapat memilih media pembelajaran melalui serangkaian pertanyaan yang dirancang untuk membantu seleksi bagi  kelompok yang melakukan penolakan terhadap varian media sampai pilihan terakhir yang tersisa untuk daftar pendek media yang sesuai. Adapun material pertanyaannya adalah
·       Apa materi pembelajarannya ?·       Apa jenis tugas pembelajarannya ?·       Siapa populasi sasarannya ?·       Apa keterampilan penggunanya ?·       Bagaimana kondisi fisik media ?·       Bagaimana ruang yang digunakan ?·       Bagaimana Pencahayaannya ?·       Bagaimana karakteristik pebelajar ?·       Bagaimana Gaya belajarnya ?·       Apa Kendala praktis ?·       Berapa dananya ?·       Kapan dilaksanakannya?·       Apa Bahan Medianya?
·       Pendidik dan Pengajar?
Pembelajaran yang baik disediakan oleh pendidik dan pengajar yang fasih dengan materi pelajaran, informasi tentang karakteristik pebelajar mereka, mampu memberikan pengetahuan dengan cara yang berarti, menarik dan memotivasi, membimbing mereka menuju pemahaman yang lebih besar dari subjek mereka dan dalam umum untuk lebih siap berfungsi sebagai warga dalam lingkungan. Bagaimana bisa seorang pendidik dan pengajar menjadi pembelajar yang baik? Tidak diragukan lagi dengan membuka saluran komunikasi, menggunakan semua tersedia dan jalur yang paling efektif untuk menjangkau pebelajar. Beberapa pendidik dan pengajar yang sangat baik adalah sosok yang terampil menggunakan saluran komunikasi verbal, tetapi kebanyakan dari kita tidak, dan sayangnya, pendidik dan pengajar acuh tak acuh dengan komunikasi yang baik. Di sinilah penggunaan media dan teknologi membantu pendidik dan pengajar dengan membuat tugas mengajar lebih mudah dan membangun pengalaman pebelajar yang lebih bermanfaat. Ketika berhadapan dengan media yang berteknologi tinggi disposisi pribadi pendidik terhadap media pembelajaran menjadi penting. Ini mungkin melibatkan kemampuan untuk mengubah, mengeksplorasi cara-cara baru tanpa prasangka, antusiasme, untuk berpindah dari satu model pembelajaran yang lain dalam subjek berbeda, wawasan untuk menampilkan pemikiran inovatif dengan tetap mempertahankan kritis, pendekatan rasional untuk hasil belajar yang diperlukan, keterampilan untuk mengadopsi dan mengembangkan gaya pribadi yang kompatibel dengan media tertentu dan berusaha terhadap lingkungan belajar yang optimal.
Tidak ada satu teknologi benar-benar dapat menyaingi pendidik dan pengajar, jika pendidik dan pengajar adalah ahli dalam memberi dan menerima informasi. Edward Murrow pernah berkata, “teknologi itu sendiri dapat mengajar, tetapi tanpa unsur manusia, teknologi seperti sekotak kabel …” Pendidik hari memiliki ketakutan ditandai menggunakan media dan strategi baru. Alasannya sederhana, mengapa repot-repot untuk mengatur peralatan dan meminjam media -jika seseorang dapat mengelola tanpa mereka. Setelah dididik dengan media pembelajaran, banyak orang cenderung untuk tinggal dengan akrab dengan media, melakukan  pendekatan ‘dicoba dan diuji’, mengikuti jalur yang paling perlawanan dengan mengadopsi metode yang sama sekali berbeda seperti ketika mereka belajar. Banyak pendidik dan pengajar belum meyakinkan tempat media dan teknologi dalam pendidikan. Keterampilan baru akan dibutuhkan dalam membangun konsensus dan pengaturan prioritas yang gaya proaktif menggantikan reaktif khas pendidik dan pengajar. Seperti setiap artis, seorang pendidik dan pengajar harus memperoleh keahlian melalui pelatihan formal dan pendidikan, serta menguasai keterampilan melalui latihan. Pendidik harus berpengetahuan dan tanpa kompromi dalam mereka berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk situasi pebelajar menemukan dirinya dalam. Jika pendidik memiliki fobia terhadap media pembelajaran tertentu, mereka tidak mungkin untuk menggunakannya dengan baik. Pertanyaan tentang sikap dan perasaan pendidik dan pengajar adalah salah satu faktor yang paling penting yang mempengaruhi keberhasilan pelajaran apapun. pendidik dan pengajar harus memiliki pikiran terbuka terhadap penggunaan media. Terang-terangan mengabaikan situasi belajar dan karakteristik pebelajar pasti media pembelajaran hanya akan mengarah pada desain saja dan miskin konten pembelajaran.
Ada kebutuhan untuk sepenuhnya menerima kemungkinan dan keterbatasan teknologi baru. Mesin gadget memiliki makna bahwa penggunaan media melalui dari mana subjek pembelajaran dapat diajarkan dan bahwa pengguna tidak bisa menyelesaikan tugas ini sendiri. Hanya dengan paparan media untuk pebelajar tidak cukup.
Faktor biayaMenggunakan media pembelajaran lebih mahal daripada bicara dan metode kapur. Tentunya pertimbangannya bukan semata-mata tentang masalah harga. Biaya ini harus ditimbang terhadap efektivitas langsung dan pemahaman yang cepat dari konten pembelajaran. Implikasi biaya jangka panjang harus dihitung untuk memasukkan biaya produksi, hardware dan software, total jam per hari sistem dapat dimanfaatkan. Penekanan saat ini tidak pada salah satu pendekatan atau umpan balik – tapi pada integrasi berbagai metode dan media pada sebuah lingkungan pembelajaran yang tepat dan efektif baik untuk kebutuhan khusus maupun keragaman pebelajar.
Lembaga sering memperoleh media dalam mode non-sistematis. Umumnya penggunaan yang tepat tidak ditentukan sebelum pembelian perangkat keras. Seringkali media, yang telah dibeli tidak sebaik media pembelajaran yang disumbangkan kepada lembaga dari hasil mahapebelajar, guru, dosen dll. Tujuan media adalah untuk menyederhanakan pembelajaran. Media Pembelajaran tidak harus membuat proses belajar lebih kompleks. Media yang digunakan, kadang-kadang, tanpa banyak berpikir. Mereka dipilih berdasarkan ketersediaan mereka. Media dan teknologi akan mengurangi bukannya meningkatkan efisiensi kecuali dikelola dengan baik.
Hardware dan atau perangkat lunak tidak cocok dan sering dipaksakan dan diterima oleh pendidik tak peduli. Pendidik yang gemar mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut: Haruskah kita membeli ini atau perangkat keras itu? atau perangkat lunak apa yang bisa kita buat? Pertanyaan-pertanyaan yang tepat pendidik harus bertanya adalah: Bisakah kita mengabaikan tugas kita untuk pendidik dan pengajar? Bisakah kita dalam proses mengabaikan media yang tepat yang dapat memandu pebelajar untuk memperoleh informasi dan keterampilan baru? Ada perbedaan besar antara menggunakan teknologi secara efektif dan menambahkan teknologi untuk struktur kurikulum yang ada.
 Pemanfaatan MediaSalah satu presenter baru-baru ini mengatakan, pemanfaatan media yang berarti lebih dari satu perjalanan ke tujuan. Tren riset media pembelajaran sejauh ini tampaknya mengarah pada kesimpulan bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh kualitas presentasi hanya sebatas bahwa kualitas mempengaruhi kejelasan pesan. Selama bertahun-tahun domain pemanfaatan berpusat di sekitar kegiatan pendidik dan pengajar. Pengajaran dan pembelajaran model dan teori-teori saat ini fokus pada perspektif pengguna. Tidak ada satu media yang juga memiliki teknologi semua atribut yang idealnya diperlukan dalam tugas pembelajaran. The ASSURE model yang disajikan dalam teks dengan Seels dan Richey (1995: 43) telah menjadi panduan yang diterima secara luas untuk membantu pendidik merencanakan dan menerapkan penggunaan media dalam situasi mengajar. Langkah-langkah dalam model ini adalah
  1. Analisis pebelajar
  2. tujuan
  3. Pilih media dan bahan
  4. Memanfaatkan media dan bahan
  5. Membutuhkan partisipasi pelajar
  6. Mengevaluasi dan merevisi
Daniel Kinnaman (Grey: 1994-1945) menyatakan, “di era informasi, pebelajar perlu melakukan lebih dari sekedar mencari informasi – mereka perlu tahu bagaimana untuk memisahkan bulu dari substansi”. Untuk meningkatkan prestasi pelajar, media dan teknologi harus digunakan secara efektif dalam proses pembelajaran daripada sebelumnya. Teknologi baru menyajikan prospek menciptakan rangsangan yang semakin realistis, menyediakan tor akses cepat dalam jumlah besar informasi, cepat menghubungkan informasi dan media, menghilangkan hambatan jarak antara instruktur dan pebelajar dan di antara pebelajar itu sendiri. Orang kaya memiliki kekuatan yang tak terhitung di ujung jari mereka dan melalui kinerja tinggi dan manipulasi komunikasi dan komputasi sumber daya dan bekerja dengan orang lain di sekitar pada dunia global. Mereka yang gagal untuk memahami dan mempelajari penggunaan komunikasi dan komputasi sistem akan menjadi kelas bawah benar-benar kurang beruntung dalam masyarakat yang semakin kompetitif.
 MEDIA PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA PEBELAJARTekanan dari berbagai pihak semakin meningkat kepada pendidik dan pengajar untuk memasukkan media pembelajaran dengan teknologi email, web dan multimedia – ke dalam program mereka dan praktek mengajar. Akibatnya pendidik perlu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan baru dalam desain dan produksi sumber daya multimedia. Ada kebutuhan yang berkembang bagi pendidik untuk memahami proses desain media serta proses desain pendidikan. Namun kerangka desain pembelajaran dalam literatur tampaknya tidak mengakui proses yang mapan desain media pembelajaran. Apapun bisa berubah kecuali yang tetap adalah perubahan itu sendiri
Pendidik dan pengajar harus semakin menyadari awal dari pergeseran paradigma penggunaan media pembelajaran adalah konteks, peran, pengiriman dan pola pendanaan pendidikan dan pembelajaran. Pertumbuhan baik jumlah maupun jenis media meningkat seperti garis eksponensial dalam penggunaan internet, khususnya web sejak tahun 1995 dengan kemampuannya untuk berkomunikasi beberapa media informasi – teks, gambar, audio, animasi, video – interaktif dan sekarang telah menjadi cara instan untuk melintasi batas-batas Negara. Toffler (1990) menegaskan pengamatannya bahwa “apa yang terjadi adalah munculnya sistem yang sama baru yang menyediakankekayaan pada komunikasi instan, data, ide, dan symbol dll “.
Media pembelajaran baru memungkinkan perubahan praktik pendidikan dan pembelajaran dengan cara yang sering digambarkan sebagai “komunikasi fleksibel”, “belajar fleksibel” dan “mediasi belajar”. Sumber daya yang cukup menawarkan pembelajaran dalam mode fleksibel untuk lebih pebelajar. Sebuah alasan yang umum adalah bahwa fleksibel berbasis internet adalah di mana saja dan kapan saja, pembelajaran harus ditawarkan oleh lembaga yang memberikan layanan pendidikan dan pembelajaran dengan tanpa batas untuk mempertahankan posisi pendidik dan pengajar. Posisi tersebut berkaitan dengan memiliki relevansi di pasar global dan keberagaman fasilitas pada lembaga penyelenggara pendidikan dan pembelajaran sebagai penyedia yang kompetitif.
Metodologi industri yag berkembang saat ini adalah bagaimana informasi dibuat, diakses, disampaikan, dan digunakan dalam konteks kehidupan yang cepat berubah. Dede (1996) berpendapat bahwa “untuk berhasil mempersiapkan pebelajar sebagai warga Negara yang produktif, pendidik dan pengajar harus memasukkan ke dalam pengalaman kurikulum dengan menciptakan dan memanfaatkan bentuk-bentuk media pembelajaran dengan ekspresi baru, seperti multimedia. Keterampilan inti untuk tempat kerja saat ini tidak hanya “mencari makan saja”, tapi pekerjaan membutuhkan penyaringan sejumlah besar informasi yang masuk, kemudian mengelola informasi dan bermuara dalam mengeksekusi kebijakan atau tindakan berdasarkan informasi. Sehingga konteks ini bersifat memperluas definisi media pembelajaran yang bersifat tradisional dan retorika agar menjadi pengalaman berpusat pebelajar dengan berinteraksi dengan informasi sangat penting untuk mempersiapkan pebelajar untuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat abad ini.
Kurikulum pendidikan terus berubah dari informasi teks yang berpusat pada guru dan ujian tertulis dan perangkat laiinya telah berubah dengan memposisikan pebelajar sebagai peserta aktif dalam proses pencarian, pengorganisasian, analisis, menerapkan dan menyajikan beberapa media informasi dengan cara baru untuk mengatasi masalah dan menyelesaikan serangkaian masalah. Hasil belajar bukan dalam bentuk ukuran nilai. Hasil belajar merupakan kapasitas pebelajar untuk menangani secara independen dengan informasi baru dalam berbagai konteks dalam berbagai bentuk dengan menggunakan berbagai media pebelajar.
Pebelajar bijaksana di era sekarang akan mencari dan bersedia membayar biaya pembelajaran yang mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang membutuhkan informasi untuk menjadi pengusaha bukan sebagai pekerja. Berbagai Universitas dan entitas virtual lainnya (di dunia maya) mulai memberikan penawaran kualitas dan akan mengambil alih pebelajar dari lembaga penyelenggara pendidikan dan pembelajaran yang masih bersifat tradisional.
Tuntutan budaya, politik, ekonomi dan kelembagaan yang meningkat telah  menuntut pendidik dan pengajar untuk memanfaatkan media komunikasi baru melalui email, web dan multimedia dalam kaitannya dengan belajar dan pembelajaran. Kurikulum yang fleksibel berkembang menjadi pengalaman dimediasi jika dikembangkan dan dimoderatori oleh fasilitator pendidik dan pengajar yang handal. Ada kebutuhan yang sangat nyata bagi pendidik dan pengajar untuk memahami proses desain media generik dan untuk mengembangkan keterampilan dalam menghasilkan sumber daya multiple-media pembelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Teks Eksposisi “PENDIDIKAN      KARAKTER REMAJA”      Ditulis Oleh Rafli dan Panji TEKS EKSPOSISI PENDIDIKAN KARAKTER ...